Archive for the ‘Features’ Category

IRFAN BACHDIM, Idola Baru Sepakbola Nasional

IRFAN BACHDIM: “Darah dan Leluhur Saya Indonesia!”

IRFAN BACHDIM: "Saya berdarah Indonesia. Saya ingin main untuk timnas tanah leluhur saya."

Mendung menggayuti langit Jakarta pada Jumat pagi akhir Januari 2010. Irfan Haarys Bachdim duduk sendirian di kursi panjang lobi Graha Wisata Ragunan, Jakarta Selatan, tempat menginap para pemain Persija Jakarta. Notebook putih menemani kesendiriannya. Suasana sangat tenang.

Hanya ada sejumlah pemain Persija yang hendak menikmati hidangan menjelang makan siang seusai berlatih pagi hari. Di bagian lain lobi, Nouval Bachdim, ayah Irfan, asyik berbincang dengan Republika. Pembicaraan kami harus terputus ketika Asisten Manajer Persija Ferry Indrasyarief memanggil Nouval. ”Sebentar ya,” kata Nouval kepada Republika.

Mereka berdua pun naik ke lantai dua. Hanya berselang sekitar 10 menit, Nouval kembali turun. Ada gurat kekecewaan di wajah pria berdarah Yaman tersebut. Ia mendatangi anaknya, kemudian berbicara dengan bahasa Belanda. Irfan terlihat kecewa. Ia menundukkan kepalanya namun hanya sebentar. Tak lama, ia kembali larut dalam lagu yang didengarkannya lewat earphone dari notebook, sambil sesekali menggoyangkan kepala dan bersenandung.

“Persija belum berminat mengontrak anak saya. Sayang, padahal anak saya sudah suka dengan klub ini,” ucap Noval. Republika pun menghampiri anak ketiga pasangan Noval Bachdim-Hester Van Dijk itu. Irfan mengaku menerima keputusan manajemen Persija yang belum berminat mengontraknya. “Tidak mengapa, saya bisa pulang dan berlatih di Belanda dan kembali mencoba lagi musim depan,” ucapnya santai. Saat ditanya mengapa ingin bermain di Indonesia, tanpa ragu dia menjawab, “Saya berdarah Indonesia. Saya ingin bermain untuk tim nasional tanah leluhur saya.”

Sebenarnya Benny Dolo, pelatih Persija, kepincut dengan aksi Irfan. Hanya saja, Persija butuh pemain berkarakter penuntas serangan sekaligus paham dengan atmosfer Liga Super Indonesia. Sementara Irfan dinilai lebih pas sebagai second striker atau gelandang serang. Irfan sebelumnya juga tak lolos seleksi di Persib Bandung. Jaya Hartono, pelatih Persib, menilai Irfan tidak cocok dengan skema permainan Persib.

Saat itu, Irfan bukanlah siapa-siapa. Striker Amsterdam kelahiran 11 Agustus 1988 ini
memang belum paham atmosfer sepak bola Indonesia. Dia hanya sempat mengecap atmosfer sepak bola Belanda. Setelah menimba ilmu di akademi sepak bola Ajax pada 1999-2001, Irfan membela klub SV Argon, tak jauh dari tempat tinggalnya di Mijdrecht.

Aksinya membuat pemandu bakat FC Utrecht kepincut. Irfan ditarik memperkuat tim junior Utrecht pada 2005. Badan Tim Nasional PSSI yang mengikuti perkembangannya memasukkan Irfan ke dalam timnas U-23 yang kebetulan berlatih di Belanda untuk persiapan ASEAN Games 2006. Sayang, cedera membuatnya batal memperkuat tim Merah Putih.

Kiprahnya di Utrecht berlanjut ke tim senior. Lagi-lagi cedera membuat kontraknya tak diperpanjang. Tahun 2009 ia memperkuat HFC Haarlem yang kemudian bangkrut. Irfan kembali ke SV Argon. Namun, ia terus berupaya mencari klub profesional di Indonesia.

Jalan untuk merumput di Indonesia mulai terbuka ketika sekelompok orang yang peduli terhadap perkembangan sepak bola nasional menggelar laga amal dengan label PSSI Tandingan. Irfan bersama sejumlah pemain asing berdarah Indonesia diajak berpartisipasi pada laga amal di Malang dan Surabaya pada 4 dan 7 Agustus 2010. Irfan yang memperkuat Garuda Merah mencetak dua gol dan membawa timnya menang 4-1 atas Garuda Putih di Malang.

Aksi Irfan direkam tim pelatih timnas. Namun, asisten pelatih timnas Wolfgang Pikal menyebut Irfan masih butuh waktu untuk masuk timnas. Sebaliknya, pelatih Persema Malang Timo Scheunemann tidak berpikir panjang. Irfan pun direkrut memperkuat Persema di Liga Super Indonesia.

Irfan membuktikan pilihan Timo tak salah. Tiga gol disumbangkan pemain bertinggi 172 cm ini dari delapan laga Persema. Pelatih timnas Alfred Riedl pun kemudian memanggil namanya di pemusatan latihan terakhir timnas menjelang Piala AFF 2010 yang berlangsung awal November. “Saya terkejut dan tidak menyangka. Saya akan maksimal karena ini mimpi saya yang menjadi nyata,” kata Irfan kepada Republika.

Semua berlangsung begitu cepat. Sebulan setelah menjalani pelatnas, Irfan langsung mencuri hati Riedl. Ia menjadi pilihan pertama Riedl di lini depan bersama striker naturalisasi Cristian Gonzales. Bambang Pamungkas, striker langganan timnas, harus menepi ke bangku cadangan. Dua gol ke gawang Malaysia dan Laos menjadi ajang pembuktian Irfan.

Ia pun menjadi idola baru. Bukan hanya penggemar sepak bola, anak-anak remaja putri mulai mengidolakan Irfan. Wajah blasteran dan mata biru Irfan menjadi daya tarik para anak baru gede itu. Tidak ada lagi keheningan seperti di Ragunan 10 bulan silam. Sekarang, setiap usai sesi latihan timnas, Irfan diserbu awak media maupun puluhan penggemarnya. Hotel Sultan tempat menginap skuat timnas Indonesia tidak luput dari serbuan para penggemar Irfan. Di ranah maya, akun facebook dan twitter Irfan juga menjadi sasaran ribuan penggemarnya.

Nama Irfan bahkan sudah merambah ke berita selebritis. Sejumlah tayangan infotainment tak ketinggalan mengeksposenya, seolah-olah keberhasilan Indonesia lolos ke semifinal Piala AFF 2010 atas jasa Irfan semata. Irfan dengan bijak menyikapi hal ini. Ia bahkan meminta media tidak terlalu membesar-besarkan namanya. “Ini kerja tim, bukan saya sendiri. Saya berharap orang-orang tidak lebay. Saya bukanlah siapa-siapa,” ucap Irfan.*

Sumber: Republika